- Pelatihan Kaderisasi Madya bagi Badan Kelengkapan PPNI
- Webinar Kesehatan Jiwa Di Tempat Kerja: Tantangan Dan Solusi Untuk Dosen, Karyawan, Dan Mahasswa
- Menakar Potensi Ekonomi Media Massa Perawat
- Sukses Gelar Kongres 1 HPII Wilayah, Dr. Ismail Terpilih Secara Aklamasi Pimpin Perawat Informatika
- Webinar Nasional Keperawatan
- Pembukaan Praktek Klinik Keperawatan Gerontik
- Pembukaan dan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
- Empowering Nurses Through Digital Literacy for Safe and Effetive Patient Care
- Liputan Kegiatan di Poltekkes Riau
- Guruku Inspirasiku
Alasan Asia Rekor Cuaca Panas Tiada Henti, Bangladesh Super Mendidih 51,2 Celcius!
Jakarta -Beberapa minggu terakhir, sejumlah negara di Asia sedang mengalami suhu panas yang cukup ekstrem, mulai dari Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, hingga Cina.
Baca Lainnya :
- Poltekkes Riau Bentuk UKM Swara Mahasiswa 0
- Menkes Pastikan Belum Ada Kasus Varian Kraken Baru di RI 0
- PPNI Jakarta Timur Resmi Dilantik, Tingkatkan Pelayanan, Pengawasan dan Inovasi Keperawatan0
- Kongres Pertama, Doktor Hasnah Terpilih Pimpin Ikatan Perawat Maternitas Indonesia Sulsel0
- Ketua DPW PPNI Sulsel Instruksikan Ketua DPD Kawal Pendataan PPPK Perawat0
Dalam satu pekan terakhir, Myanmar mencatat rekor suhu tertinggi selama bulan April, mencapai 43 derajat celcius. Bangladesh mencetak rekor suhu tertinggi yang tembus di atas 50 derajat celcius.
Di Bangladesh, wilayah Kumarkhali, Kushtia mencapai suhu 51,2 derajat celcius pada 17 April 2023, menjadikan hari tersebut hari terpanas selama 58 tahun terakhir. Suhu yang begitu tinggi ini juga menyebabkan sejumlah permukaan jalan meleleh.
Bahkan, pemerintah Thailand sempat menganjurkan para penduduk untuk
tidak beraktivitas di luar ruangan untuk menghindari penyakit. Suhu di Ibu Kota
Thailand, Bangkok, tercatat mencapai 42 derajat celcius dengan indeks suhu
beserta kelembapan yang mencapai 54 derajat celcius.
Hantaman suhu panas ini berdampak besar, tidak hanya bagi lingkungan, tetapi
juga dalam keseharian dan kesehatan. Cuaca panas yang tinggi membuat
peningkatan konsumsi listrik yang cukup drastis.
Di beberapa negara, seperti India dan Filipina, cuaca panas ini juga sampai
menyebabkan penutupan sekolah dan perubahan sistem pembelajaran, seperti
pengurangan waktu belajar dan perubahan dari pembelajaran tatap muka menjadi
pembelajaran daring.
Bulan lalu, lebih dari 100 siswa di Laguna, Manila dilarikan ke rumah sakit
akibat dehidrasi setelah menjalankan kegiatan latihan menghadapi kebakaran.
Saat itu, suhu cuaca diketahui mencapai 39 derajat celcius hingga 42 derajat
celcius.
"Yang termiskin dari yang miskin akan menjadi yang paling menderita.
Terutama, akan berdampak besar pada komunitas pertanian, mereka yang bergantung
pada agrikultur atau perikanan," ujar dr Fahad Saeed, Regional Lead for
South Asia and The Middle East Climate Analytics.
Menurut dr Fahad Saeed, suhu panas memang sudah menjadi bagian dari kehidupan
di negara Asia. Namun, peningkatan temperatur yang terjadi saat ini tergolong
cukup drastis dan melebihi batas kemampuan beradaptasi masyarakat.
"Perubahan iklim akibat ulah manusia adalah penyebab terbesar dari
peningkatan jumlah dan keganasan gelombang panas yang terjadi di seluruh Asia.
Hal ini menandakan fakta bahwa kedaruratan iklim telah mencapai Asia,"
jelas Deepshikha Sharma, seorang ahli spesialis iklim dan lingkungan dari
Icimod.
Sumber:
detik.com