- Pelatihan Kaderisasi Madya bagi Badan Kelengkapan PPNI
- Webinar Kesehatan Jiwa Di Tempat Kerja: Tantangan Dan Solusi Untuk Dosen, Karyawan, Dan Mahasswa
- Menakar Potensi Ekonomi Media Massa Perawat
- Sukses Gelar Kongres 1 HPII Wilayah, Dr. Ismail Terpilih Secara Aklamasi Pimpin Perawat Informatika
- Webinar Nasional Keperawatan
- Pembukaan Praktek Klinik Keperawatan Gerontik
- Pembukaan dan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
- Empowering Nurses Through Digital Literacy for Safe and Effetive Patient Care
- Liputan Kegiatan di Poltekkes Riau
- Guruku Inspirasiku
Alasan Ilmiah Suporter Sepakbola Fanatik dan Bisa Rusuh Seperti Tragedi Kanjuruhan
Keterangan Gambar : Foto: AFP via Getty Images/STR
Jakarta -Tragedi Kanjuruhan menyoroti para
suporter sepakbola yang bertindak anarkis. Para suporter sepakbola memang
dikenal begitu fanatik. Di satu sisi, fanatisme sepakbola sangat menarik. Namun
di sisi lain, orang-orang yang tidak sportif akan mudah tersulut dan memancing
kerusuhan.
Ada alasan ilmiah mengapa suporter olahraga, terutama sepakbola bisa begitu
fanatik. Penelitian menunjukkan, adanya kesamaan antara identifikasi penggemar
dengan tim olahraga dan bagaimana orang mengidentifikasinya dengan kebangsaan,
etnis, bahkan gender mereka.
"Identifikasi tim adalah sejauh mana seorang penggemar merasakan hubungan
psikologis dengan tim, dan penampilan tim dipandang sebagai relevansi diri
sendiri," kata Daniel Wann, profesor psikologi di Murray State University,
dikutip dari Psychological Science.
Wann yang telah mendedikasikan sebagian besar karirnya untuk penelitian tentang
penonton olahraga menyebutkan, dalam menonton aksi olahraga, orang memang
mengidentifikasikan diri dengan tim, dan bagi sebagian orang, identifikasi tim
adalah hal penting dan kuat untuk perasaan diri mereka.
"Orang-orang mengikat hal dari idola atau tim kesayangan dalam identitas
mereka sebagai penggemar tim X," kata Edward Hirt, profesor ilmu psikologi
dan otak di Indiana University- Bloomington, yang juga
"Sebagian besar dari siapa mereka, di mana mereka memperoleh banyak
pengaruh positif dan negatif, adalah dari apa yang dilakukan tim mereka,"
sambungnya.
Menerima kekalahan
Peneliti penggemar olahraga menekankan hal ini: bahwa acara olahraga adalah
kompetisi di mana ada jaminan bahwa satu tim harus kalah, yang berarti bahwa
setengah dari penggemar akan kecewa dengan hasilnya.
"Menjadi penggemar tak hanya soal kinerja kemenangan tim. Semua orang pada
akhirnya akan mengalami kekalahan. Jelas itu harus disadari semua orang,"
kata Hirt.
Kerusuhan atau suasana gaduh yang terjadi di antara suporter sepakbola tak
selalu terjadi pada setiap kelompok dan setiap pertandingan digelar, karena
tidak semua suporter bikin gaduh dan rusuh.
Dalam sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Social
Psychology, Wann dan Rick Grieve, profesor psikologi di Western Kentucky
University, menyurvei 148 penggemar dari kedua tim saat mereka meninggalkan
acara olahraga dan meminta mereka untuk menilai persetujuan mereka dengan
pernyataan bahwa kubu mereka telah menunjukkan perilaku dan sportivitas yang
baik.
Mereka kemudian diminta menilai suporter tim lawan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggemar, terutama dari tim pemenang, lebih cenderung
mengatakan bahwa penggemar tim lawan menunjukkan perilaku yang lebih buruk
daripada penggemar tim mereka sendiri, kasus bias dalam kelompok yang jelas.
"Sepertinya bagi saya mereka menggunakan penghinaan dari penggemar lain
sebagai cara untuk meningkatkan harga diri. Tidak hanya merasa tim saya lebih
baik, tetapi menilai pendukung lawan payah," ujar Grieve.
Namun, ketika tim mereka tampil buruk, mereka mungkin juga menunjukkan persepsi
yang bias terhadap orang lain, seperti wasit, pemain tim lain, atau penggemar
tim lain. Ingatan mereka tentang peristiwa pertandingan mungkin juga tidak
akurat.
Tragedi Kanjuruhan yang memilukan adalah pembelajaran mahal sekaligus
memperlihatkan betapa antusias dan fanatiknya para penggemar sepakbola di
Indonesia.
Level fanatisme suporter sepakbola yang begitu besar, seharusnya sudah disadari
oleh banyak pihak yang terlibat, termasuk pihak penyelenggara dan pihak
keamanan untuk mengantisipasinya.
Sumber berita: detik.com